Tim Evakuasi Sukhoi Dipulangkan

 
Rusia Ngotot Angkat Bangkai Pesawat dari Dasar Jurang
JAKARTA – Meski telah memastikan pencarian korban Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 tidak dihentikan, Basarnas memilih untuk lebih realistis. Kemarin, instansi pimpinan Marsekal Madya Daryatmo itu memilih untuk mengurangi tim pencari. Alasannya, potensi ditemukannya jenazah makin tipis dan lokasi jatuhnya pesawat mulai rawan penyakit.
Keputusan itu langsung direalisasikan dengan “memulangkan” tujuh ratus personel dari crash site. Pemulangan awal itu membuat tim pencari tinggal 1.300 orang dari sebelumnya 2.000 orang. Rencananya, penyusutan akan terus dilakukan hingga 186 orang. “Nanti, tim tinggal dari Kopassus dan Korem,” ujarnya di Halim Perdanakusuma kemarin.
Seperti diberitakan sebelumnya, pencarian korban pesawat nahas itu melibatkan berbagai elemen. Mulai dari TNI Angkatan Udara, Darat, Laut, polisi, pemanjat tebing, pecinta alam, hingga warga setempat. Kerja keras tim membuat 39 kantong jenazah dan beberapa barang penting seperti Cockpit Voice Recording (CVR) ditemukan. Nah, dari 186 personel tersebut, nantinya akan dijadikan tim operasi kecil. Tugasnya, fokus pada pencarian Flight Data Recorder (FDR) yang belum ditemukan. Bagian black box tersebut perlu ditemukan untuk melengkapi CVR yang telah ditemukan sebelumnya. FDR juga dinilai penting untuk mengungkap kenapa musibah itu terjadi.
Pertimbangan lain adalah lokasi pencarian makin sempit lantaran hanya di dasar jurang. Lokasi tersebut makin sulit untuk diakses dan tidak sembarang orang bisa mencapai tempat tersebut. Diyakini, FDR tidak jauh dari area pencarian tersebut. “Tinggal menyapu jurang paling bawah. Sulit diakses, jadi harus dikurangi,” imbuhnya. Lebih lanjut dia menjelaskan mengenai sulitnya menemukan jenazah korban di tebing Salak 1 tersebut. Tim sebenarnya sudah memasukkan body part atau bagian tubuh ke sembilan kantong jenazah. Namun, akhirnya diringkas menjadi lima kantong untuk memudahkan evakuasi.
Nah, Daryatmo menceritakan kalau penemuan body part tersebut sudah tidak bisa ditemukan kasat mata. Sebab, tanah dari reruntuhan tebing Salak 1 yang ditabrak SSJ 100 Rabu (9/5) pekan lalu, ternyata menimbun jenazah para korban. Mau tidak mau, tim pencari harus menggali longsoran. “Kebanyakan jenazah tertimbun tanah dari bekas titik tabrakan,” terang jenderal bintang tiga itu. Keputusan untuk mulai mengurangi personel pencari juga berdasar laporan tim di lokasi yang mengatakan kecil kemungkinan bisa menemukan jenazah korban. Padahal, penyisiran juga dilakukan di pohon untuk mengambil jenazah yang tersangkut.
Tidak hanya itu, pihaknya juga memutuskan untuk menambah luas area pencarian. Jika sebelumnya area hanya diperluas sejauh 250 meter ke kiri dan kanan dari titik tabrakan pesawat, kemarin ditambah jadi 1 Km. Namun, belum ada tanda-tanda tim bakal menemukan jenazah lagi. Di samping itu, dia juga mengkhawatirkan kesehatan tim pencari. Selama sembilan hari terus berada di lokasi yang menurutnya bisa membuat tim mudah terserang penyakit. Dia menjelaskan, bekas-bekas korban sangat rentan dengan penyakit. “Kami juga minta ke Pemerintah Bogor untuk menyemprotkan disinfektan,” tuturnya. Jika itu tidak dilakukan atau terlambat, Daryatmo khawatir lokasi ditemukannya jenazah korban bisa menjadi sumber penyakit. Akibatnya, bisa menimbulkan masalah baru yakni kesehatan warga terganggu. Salah satu penyakit yang rentan keluar adalah kolera alias infeksi saluran pencernaan karena bakterium vibrio cholerae.
Meski demikian, Daryatmo enggan menyebut langkah tersebut berarti telah diakhirinya proses pencarian. Dia mengatakan, keputusan tersebut bakal ditentukan siang ini setelah Salat Jumat. Sebelum itu, proses pencarian tetap dilakukan seperti biasa. “Baru besok (hari ini, red) akan diputuskan,” tandasnya. Kalau benar diputuskan berakhir, bisa jadi lokasi jatuhnya pesawat harus clear dari siapa pun. Termasuk tim Rusia yang ngotot ingin mengangkat bangkai pesawat dari dasar jurang. Sebab, Daryatmo masih tidak paham kenapa tim Rusia ngotot ingin membawa pulang bangkai pesawat.
“Kalau mengambil puing-puing seluruhnya, apa sudah diperhitungkan kendala yang dihadapi. Kemudian untuk apa?” tegasnya. Baginya, pengangkatan puing pesawat bakal butuh waktu sangat lama. Ditambahkan, dia tidak akan membantah jika tim Rusia ingin fokus mencari FDR dari puing-puing pesawat.
Terpisah, tim SAR Rusia tampaknya bakal membandel dengan keputusan Daryatmo. Proses evakuasi ini akan terus dilakukan hingga semua jenazah korban berhasil ditemukan dan dievakuasi. Komandan Tim SAR Rusia, Mikhail Chupalenkov mengatakan, kalau timnya bakal terus melakukan pencarian korban Sukhoi SSJ 100. “Misi kami akan dilanjutkan, target kami mencari korban karena belum semua ditemukan,” ucapnya.
Dia memastikan itu bukan isapan jempol belaka, karena pihaknya bakal mengirimkan 10 anggota ke lokasi kejadian hari ini. Agar semua berjalan lancar, Chupalenkov menegaskan kalau berbagai persiapan sudah dilakukan. Peralatan khusus di gunung akan dibawa oleh pesawat Rusia pagi ini. Di kantor KNKT, Jalan Merdeka Timur Jakarta tiga anggota tim investigator KNKT yakni Andreas Ricardo, Ajeng Dyah Jatiningrum, dan Nugroho Bayu kembali menegaskan pentingnya FDR ditemukan. Andreas menjelaskan, tanpa FDR data yang terungkap tidak akan lengkap.
Sebab, dalam proses investigasi nanti, pihaknya juga membuat sebuah animasi yang dijalankan berdasar FDR dan CVR. Data dari FDR yang berisi tentang kecepatan dan tinggi pesawat akan memandu pesawat animasi itu bergerak. “Jadi, kami bisa dapat visual bagaimana peristiwa itu terjadi,” terangnya. Untuk CVR yang sudah rusak, Andreas mengaku tidak mengkhawatirkan hal itu. Sebab, setelah casing CVR dibuka, ternyata isinya masih cukup bagus. Jadi, proses pembacaan data kemungkinan besar bisa berjalan lancar. Saat ini, timnya menunggu datangnya peralatan lain dari Rusia.
Peralatan tersebut di antaranya rumah CVR yang masih berfungsi. Jadi, memori dari CVR Sukhoi akan dipindah ke rumah yang baru. Setelah itu, proses download data baru bisa dilakukan. “Pakai yang lama tidak bisa karena rusak. Yang kami miliki juga tidak cocok karena serinya beda,” urainya.
Berapa lama? Dia tidak tahu pasti. Yang jelas, pihaknya sudah menyampaikan hal itu kepada pabrikan SSJ 100 di Rusia. Andreas mengatakan, kalau pabrikan sudah mengonfirmasi bakal mengirimkan rumah baru secepatnya.
Ketua KNKT Tatang Kurniadi menambahkan, kalau pihaknya tidak akan menyerah meski CVR tidak bisa dibaca pada ujungnya. Termasuk, kalau FDR juga tidak bisa ditemukan. Dia mengatakan, proses investigasi tetap bisa dilakukan dengan cara militer yang bisa mengungkap tanpa dua alat tersebut.
“Tetap bisa, karena kami punya beberapa poin analisa. Meski hasil rekomendasi nanti tidak sebaik kalau CVR dan FDR bisa kami teliti,” pastinya. Untuk FDR sendiri, dia yakin tim pencari bisa menemukan. Meski tidak cepat, pihaknya siap menerima FDR itu kapan saja.
Share on Google Plus

About ridwan comunity smpn 6

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment