Meski penetapan 1 Ramadan belum ditentukan pemerintah, namun
harga-harga kebutuhan bahan pokok di beberapa pasar tradisional terus
merangkak naik.
Bahkan, beberapa di antara kebutuhan bahan pokok tersebut, mengalami
peningkatan harga yang sangat drastis. Misalnya saja, harga telur ayam
yang terus mengalami kenaikan.
Saat ini, di Pasar tradisional Sumber Kabupaten Cirebon, harga telur
ayam mencapai Rp 19 ribu per kilogramnya, padahal pada awal Juli, harga
telur ayam dijual Rp 14.500 untuk satu kilogramnya.
“Di antara harga kebutuhan bahan pokok, yang setiap hari mengalami
kenaikan harga itu telur ayam. Memang kenaikan harganya tidak terlalu
besar yakni Rp 500 untuk satu kilogramnya. Tapi kan kalau tiap hari,
harganya pun semakin mahal daripada awal bulan Juli,” ungkap seorang
penjual telur ayam Edi Warina (34) di Pasar Sumber, Kabupaten Cirebon,
Kamis (12/7).
Lonjakan harga pun terjadi pada harga daging ayam kampung, yakni
sekitar 25 persen dari harga sebelumnya. Pada pekan lalu, harga daging
ayam kampung masih bisa dibeli dengan harga Rp 40 ribu per kilogram.
Namun, pada Kamis (12/7), harga daging ayam kampung meningkat menjadi
Rp 50 ribu per kilogramnya. Selain itu, harga daging ayam pun naik
menjadi Rp 26 ribu per kilogram yang semula dipatok Rp 22 ribu.
“Harga-harga menjelang puasa pasti mengalami kenaikan. Mau bagaimana
lagi. Bukannya penjual tega mematok harga yang tinggi, karena stok
persediaan daging pun seakan terbatas,” ungkap pedagang daging ayam
potong, Atun (47) saat ditemui di kiosnya.
Demikian juga dengan harga daging sapi yang terus mengalami kenaikan
harga. Diungkapkan seorang pedagang daging sapi di pasar yang sama,
Delpin (34) pun menyatakan harga daging sapi setiap harinya terus
merangkak naik.
Sudah dua hari terakhir ini, harga daging sapi mengalami kenaikan Rp
1.000 untuk satu kilogramnya. Hal serupa pun terjadi pada harga daging
kambing yang mengalami dua kali kenaikan harga dalam satu pekan ini.
Kenailan harga daging sapi dan daging kambing terjadi secara
berturut-turut yakni pada Rabu dan Kamis (11-12/7).
“Kalau harga normal sebesar Rp 64 ribu. Namun, selama dua hari
terakhir harga daging sapi menjadi Rp 66 ribu. Naiknya Rp 1.000 tiap
hari," katanya.
Delpin pun memperkirakan, harga daging sapi bakal terus meningkat
hingga awal bulan puasa yang akan menginjak harga Rp 75 ribu hingga Rp
80 ribu. "Mudah-mudahan tidak lebih dari Rp 80.000," katanya.
Kenaikan harga lebih cenderung dipengaruhi seiring dengan harga
ternak yang terus naik. Tidak hanya pada harga daging, kenaikan harga
pun terjadi pada harga bahan pokok lainnya.
Seorang pemilik toko Sembako, Sri Asih (40), mengatakan hal yang
sama. Sri menuturkan, setiap harinya hampir semua jenis kebutuhan pokok
naik, di antaranya yakni harga beras.
Untuk beras jenis IR, ia patok dengan harga Rp 7.600/kilogramnya,
sedangkan untuk beras Rojolele dihargai Rp 7.400 setiap kilogramnya. Sri
pun memperkirakan harga beras Rojolele bisa menginjak Rp 8.000 pada
awal pekan depan. “Kenaikan masing-masing harga bahan pokok itu sekitar
20 persen dari harga semula.
Saat disinggung mengenai harga minyak goring curah, Sri mengakui
terjadi peningkatan harga. Saat ini, harga minyak curah yang ia jual di
tokonya itu berkisar Rp 10.500 per kilogramnya yang semula ia jual Rp
9.300. Kenaikan harga minyak goreng curah dialami sejak awal Juli ini.
Selanjutnya, kenaikan harga pun terjadi pada harga bahan-bahan
lainnya, seperti tepung terigu. Di Pasar Sumber, harga tepung terigu
ukuran 25 kilogram, mengalami lonjakan harga sebesar Rp 15 ribu menjadi
Rp 120 ribu yang semula berada pada harga Rp 105 ribu.
Harga gula pasir pun meningkat Rp 2.500 menjadi berkisar pada harga
Rp 13 ribu menjadi Rp 14.500 setiap kilogramnya. Sri pun mengatakan,
kenaikan harga lumrah setiap kali menjelang puasa, selama bulan Ramadan,
dan menjelang hari raya Idulfitri. Namun, ia pun tak yakin, harga
barang-barang itu turun pasca lebaran nanti.
Beberapa konsumen pun mengaku khawatir terkait terus melonjaknya
harga bahan-bahan pokok itu. Apalagi kenaikan harga kerap terjadi
menjelang Ramadan.
“Diperlukan peran aktif pemerintah dalam menekan laju kenaikan harga
yang harus pula diimbangi dengan kemampuan masyarakat. Contohnya dengan
segera melakukan operasi pasar berbagai harga kebutuhan pokok. Supaya
masyarakat ekonomu lemah pun bisa membeli kebutuhan bahan pokok dengan
harga yang terjangkau,” ungkap seorang konsumen, Sandra Sundari (31)
saat ditemui seusai membeli beras di Pasar Sumber. (A-198/A-89)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment