Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ir HE Herman Khaeron MSi menilai barang dan harga sudah dipermainkan oleh oknum-oknum, yang ingin mengeruk keuntungan di atas penderitaan rakyat. Karena itu, pemerintah pusat dan daerah akan mengadakan operasi pasar dan inspeksi mendadak di pasar-pasar besar.
Dalam kunjungannya ke Kota Cirebon, Herman Khaeron atau yang akrab disapa Hero melakukan inspeksi mendadak ke Pasar Kanoman. Hasilnya, Hero merasa heran dengan naiknya beberapa komoditi kebutuhan pokok rumah tangga dan masyarakat. Seperti tahu, tempe, sayur mayur, bahkan daging. Secara nasional, Hero mencontohkan harga daging sapi sudah mengalami penurunan dibandingkan hari sebelumnya. “Harga daging sapi normalnya Rp50 ribu/kg. Kalau sampai diatas Rp70 ribu/kg, itu namanya abnormal. Pasti ada oknum yang mempermainkan harga dan barang,” bebernya kepada Radar di sela-sela kunjungannya ke Pasar Kanoman, Selasa (24/7).
Namun, saat Radar bertanya kepada penjual daging sapi di Pasar Kanoman, Diding menyebutkan harga daging sapi di Pasar Kanoman dan Kota Cirebon, mencapai Rp75 ribu sampai Rp80 ribu/kg. “Kenaikan selama menjelang dan saat bulan puasa sudah empat kali. Terbaru, dari Rp65 ribu naik menjadi Rp75 ribu. Ini dimulai sejak awal puasa,” ungkapnya.
Diding mendapat suplai daging sapi dari sapi-sapi yang langsung dikirimkan dari Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Padahal, kata Hero, saat ini secara nasional stok berbagai kebutuhan sembako, daging, gula, beras sampai garam sekalipun masih cukup. “Jika stok sampai kurang, berarti ada permainan. Karena secara umum kebutuhan masyarakat telah tersedia,” tukas pria asli Cirebon dan masih ada darah Keraton Kanoman ini.
Jika harga naik dan barang langka, kata dia, indikasi kuat ada permainan harga dan penimbunan. Normalnya, untuk daging sapi sendiri dikisaran angka Rp50 ribu/kg. Tahun ini, Indonesia telah mengimpor daging beku sebanyak 35 ribu ton dan 120 ribu daging bakalan. “Itu hanya untuk triwulan kedua saja,” ucapnya.
Bahkan, kata dia, kedepan akan ada kemungkinan penambahan kuota. Di samping itu, pemerintah akan melakukan operasi pasar, khususnya untuk beras. Dimana, saat ini pengadaan beras lokal sudah mencapai 2,6 juta ton dari target 3,4 juta ton.
Terbaru, kata Hero, fenomena kenaikan harga kedelai membuat harga tempe dan tahu meningkat drastis. “Masyarakat Kota Cirebon sudah mengeluhkan ini. Pemerintah harus mencarikan solusinya,” terangnya.
Yanto pedagang tahu tempe di Pasar Kanoman mengakui kenaikan harga kedelai. Sebagai bahan baku utama tempe dan tahu, kedelai menjadi satu hal yang mempengaruhi harga kedua makanan kesukaan masyarakat Kota Cirebon itu. Jika harga kedelai naik, otomatis harga tempe dan tahu akan naik pula. Meskipun harga tempe dipasaran tidak mengalami kenaikan, namun, ukurannya diperkecil dari sebelumnya. “Sama aja menaikkan harga. Tapi ini memotong ukuran tempe menjadi lebih pendek,” terangnya.
Untuk tahu, lanjut dia, mengalami kenaikan harga dari Rp500/biji menjadi Rp600/biji. “Kenaikan harga kedelai semenjak satu minggu ini,” ungkapnya.
Saat ini, harga kedelai telah mencapai Rp9 ribu/kg. Yanto mengaku lebih suka menggunakan kedelai impor dari Amerika Serikat. Sebab, kacang kedelai dari Amerika itu, bisa menghasilkan produk tahu maupun tempe menjadi lebih mengembang secara alami. “Kalau kedelai lokal, tidak terlalu mengembang dan tidak ada terigunya. Kalau kedelai impor ada,” ucapnya. Pengalaman Yanto menggunakan kedelai lokal, bukannya bahan tahu tempe didapat, yang ada hanya ampas semua. Meskipun berkualitas, kacang kedelai Amerika saat ini sulit ditemukan. Jikapun ada, harganya mengalami peningkatan drastis. “Sebelum puasa mencapai Rp6200/kg, sekarang sudah Rp8400/kg,” ungkapnya.
0 komentar:
Post a Comment