
Keraton Kasepuhan Cirebon berada di dalam kota. Bahkan, saya ke mana-mana jalan kaki. Nggak jauh lah, tapi lumayan juga buat olah raga. Adanya di Jalan Kasepuhan. Kalau ditanya arah, ya saya bingung juga, soalnya cuma bermodalkan peta hasil jepretan di Stasiun Kereta Api Cirebon. Orang bilang perempuan buta peta, itu betul buat saya. Jadi saya mempercayakan teman buat membaca peta dan bertanya pada orang di jalan jika ragu-ragu dengan arah. Hehehe…
Ada kejadian lumayan unik, ketika saya menanyakan pada orang yang berada di depan Keraton Kasepuhan, “Mbak, ini bener ya Keraton Kasepuhan?” tanya saya. Dia menjawab, “Bukan, ini Kanoman.” “Lha, kalo Kasepuhan di sebelah mana?” Sambil menggelengkan kepala dijawabnya, “Nggak tahu…” Padahal ya memang benar, setelah saya masuk, itu Keraton Kasepuhan. (–‘)

Harga tiket masuk ke Keraton Kasepuhan Cirebon adalah Rp. 3.000,- Loket berada di bagian depan, dan biasanya wisatawan datang secara berkelompok, jadi mereka akan diberi pemandu wisata dengan pakaian adat yang menerangkan seluk beluk Keraton secara utuh. Pemandu wisata adalah seorang yang pada umumnya masih memiliki hubungan darah dengan abdi dalem keraton.

Saya yang datang sendiri (eh, berdua dengan teman), terpaksa deh berkeliling tanpa ada yang menemani. Karena sebelumnya juga belom Googling dan membaca sejarah dari Keraton Kasepuhan Cirebon ini, jadinya kami menebak-nebak sendiri apa yang ada di Keraton tersebut.

Di bagian tengah, sebelum masuk ke daerah museum, terdapat gapura yang terbuat dari batu bata merah yang dalam pembangunannya tidak menggunakan semen sama sekali. Gapura semacam itu menjadi ciri khas kota Cirebon, sehingga hampir di seluruh sudut kota, bangunan-bangunan umum maupun milik pemerintah, seperti gedung sekolah, memakai ciri khas yang sama.

Di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon, terdapat patung macan yang melambangkan Prabu Siliwangi. Saya sendiri beberapa kali melihat ada patung macan juga, sebagai identitas lain disamping gapura dari bata merah di Cirebon.

Selain museum, terdapat pendopo yang merupakan bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.

Panas banget ini pas ambil foto di depan Keraton Kesepuhan. Ada alun-alun pada zaman dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan keprajuritan diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan berbagai macam hukuman terhadap setiap rakyat yang melanggar peraturan seperti hukuman cambuk.

Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Dari Masjid itu lurus menembus pasar, kita dapat menuju ke Keraton Kanoman. Tapi ceritanya nanti lagi ya. Yang pasti, satu hal yang saya perhatikan, di Cirebon itu banyak banget becaknya. Hehehe…
0 komentar:
Post a Comment