MSI Attasfiyyah Ajak Kedepankan Etika Sikapi Pemerintah


CIREBON – Majelis Studi Islam (MSI) Attasfiyyah melaksanakan tablig akbar ilmiah tentang, ‘Etika Muslim Terhadap Penguasa’, di masjid Jami Assunnah, Minggu (6/5). Mengajak mengedepankan etika untuk menyikapi pada pemerintah dalam menyelesaikan persoalan masyarakat.
Menghadirkan penceramah Abu Yahya Badrussalam, pengasuh radio Rodja Cileungsi Bogor. Tampak hadir Staf Ahli Wali Kota Cirebon, H Hayat MSi, Kapolsek Seltim Kompol Sutisna, serta jamaah pengajian yang memadati masjid. Diding, perwakilan Assunnah menjelaskan, kegiatan ini sangat penting karena membahas persoalan tata cara beretika dengan penguasa. Karena kondisi seperti saat ini banyak orang yang kurang mengendepankan etika kepada penguasa.
Staf Ahli Wali Kota Cirebon, H Hayat MSi, menilai kegiatan tablig akbar ilmiah ini bisa memberikan manfaat. Tidak hanya untuk masyarakat secara umum, tapi juga bagi Pemerintah Kota Cirebon. Khususnya untuk membangun etika di kota ini. “Kegiatan ini positif untuk memberikan pemahaman bagaimana etika terhadap penguasa,” kata mantan Kabid Mutasi ini, kemarin.
Sementara, Kapolsek Seltim Kompol Sutisna SH menyambut baik kegiatan ini. Apalagi tema yang diangkat tentang etika terhadap penguasa. Bahkan rasulullah mengajak kepada umatnya untuk hidup secara Islami karena pasti kelak akan masuk surga.
Menurut Sutisna, apabila manusia kaya agama dan ketaqwaan, maka korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak akan terjadi. Berbagai persoalan bangsa ini termasuk demo-demo yang tidak jelas, bahkan ada yang menyulut masyarakat, membuat berontak kepada penguasa. Namun demikian, dirinya berkeyakinan Assunnah tidak ikut berontak kepada pemerintah.
Abu Yahya Badrussalam dalam ceramahnya menyampaikan, menghormati penguasa adalah perkara yang penting dalam Islam. Karena bagaimanapun juga dengan mereka (penguasa) semua urusan menjadi beres. Menurut Abu Yahya, penguasa itu bisa mengatur  sesuatu yang tidak diatur dalam Alquran. “Memang benar Alquran  itu sumber dari segala bimbingan, hanya saja tanpa penguasa, bimbingan itu tidak bisa dilakukan dan Allah menguatkan sesuatu dengan penguasa,” katanya.
Untuk itu, kata Abu Yahya, apabila penguasa itu baik maka  kebaikannya akan dirasakan masyarakat. Begitu juga jika penguasanya membuat kerusakan, maka masyarakat akan menjadi rusak. “Orang yang menghinakan penguasa, akan Allah juga akan menghinakan dia,” tandasnya.
Oleh karenanya, kata dia, wajibnya taat kepada pemimpin kaum muslimin, selama tidak memerintahkan untuk berbuat maksiat, meski mereka berbuat zalim. Karena menaatinya termasuk mentaati Allah, dan ketaatan kepada Allah adalah wajib. “Apabila pemimpin memerintahkan perbuatan maksiat, saat itulah kita dilarang untuk menaatinya, namun tetap wajib saat dalam kebenaran lainnya,” pungkasnya.
Share on Google Plus

About ridwan comunity smpn 6

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment