KOTA CIREBON – Mahasiswa Cirebon kembali turun ke jalan menolak rencana kenaikan harga BBM. Kali ini dilakukan Gerakan Aksi Mahasiswa Cirebon (GAMC). Mahasiswa juga menuntut agar Presiden SBY turun dari jabatannya karena dianggap telah gagal menjadi presiden.
Dalam orasinya, Anton Sulaiman selaku Koordinator Lapangan menyampaikan rasa ironis dengan kondisi negeri Indonesia. Menurutnya, di negeri yang kaya ini justru semua serbasulit. Mulai dari mahalnya pendidikan, kesehatan, dan masih banyak rakyat yang kelaparan. Kenaikan harga BBM sebesar 30% jelas bukan keputusan yang berpihak kepada rakyat kecil. Terlagi, rencana kenaikan tarif dasar listrik yang akan diberlakukan sejak Mei 2012 mendatang.
Dengan merapatkan barisan, pendemo yang mewakili suara rakyat kecil menuntut beberapa hal. Seperti menolak kenaikan harga BBM dan TDL (Tarif Dasar Listrik), menuntut transparansi BP Migas dan Pertamina tentang suplai BBM bersubsidi ke SPBU, menolak BLT karena merupakan bentuk pembodohan terhadap masyarakat, nasionalisasi aset-aset negara yang dikuasai asing, akhiri segala bentuk kapitalisme di Indonesia, dan menuntut SBY-Boediono turun dari jabatannya.
Aksi unjuk rasa dilakukan dari depan kampus IAIN menuju Jalan By Pass depan Lampu Merah Terusan Pemuda. Saat di Jalan By Pass, pendemo berorasi dan sempat membuat kondisi jalanan macet. Demo juga diteruskan ke Pertamina Klayan Cirebon. Sari selaku Kepala Humas PT Pertamina EP Region Jawa berani menghadapi kedatangan para pedemo. Dengan mengajak mereka diskusi bersama. “Yang menentukan kenaikan harga BBM kan bukan Pertamina. Melainkan pemerintah pusat. Ada prosedural,” katanya, Kamis (15/3).
Belum sempat menjelaskan banyak, mahasiswa terus mendorong agar pihak Pertamina mau membantu suara rakyat yang menjerit menghadapi kenaikan BBM per 1 April mendatang. Dengan meminta Sari, yang merupakan perwakilan Pertamina Region Jawa untuk menandatangani surat di atas materi 6000. Sebagai wujud kesepakatan penolakan kenaikan harga BBM.
Sayangnya, hal tersebut secara halus ditolak karena butuh pengkajian lebih lanjut. “Kalau kebijakan itu ada di pemerintah, kami meminta ketegasan agar Pertamina sepakat dengan kami untuk menolak kenaikan harga BBM. Kami ini rakyat kecil,” jerit salah satu pendemo asal IAIN Cirebon.
Rasa kecewa pun terpancar di wajah para pendemo karena tak ada jalan tengah yang dihasilkan. Baku hantam antara pendemo dengan aparat nyaris terjadi. Para pendemo akhirnya mensegel plang pintu keluar Pertamina dengan spanduk sepanjang dua meter yang isinya keluhan para mahasiswa atas kenaikan harga BBM.
** HMI SOMASI
Sementara itu, buntut terlukanya anggotanya pada demo sebelumnya, Ketua Bidang Partisipasi Daerah HMI Cabang Cirebon, Bachtiar Ma’ruf Nurfarid, melayangkan somasi yang ditujukan kepada Anggota Dalmas Polres Cirebon. Bachtiar mengatakan, tugas polisi yakni mengayomi, melayani, dan melindungi masyarakat. Selogan itu, kata bachtiar, terpampang jelas di setiap markas polisi, dari Polsek hingga Mabes Polri. “Tapi nampaknya, selogan tersebut hanya menjadi kata – kata mutiara yang indah, tetapi menyeramkan pada realitas yang terjadi di lapangan,” ungkapnya.
Bahtiar mengatakan, ketidakpahamannya mengenai kondisi oknum polisi, apakah ucapan dan tingkah lakunya yang memang tidak bersinergi. “Peraturanya sudah jelas, namun justru tindakan premanisme tersebut dilakukan sendiri oleh oknum anggota Polres Cirebon. Padahal aksi mahasiswa itu, menyampaikan aspirasi dengan melakukan orasi penolakan kenaikan harga BBM,” ungkapnya.
Aksi tempo hari, kata Bachtiar, memang disertai penutupan akses jalan, dengan maksud agar menjadi perhatian khalayak umum. Sehingga pesan dari unjuk rasa tersebut dapat menjadi perhatian pemerintah. “Penutupan akses itu sudah kami komunikasikan sebelumnya dengan pihak Polres Cirebon. Bahkan pada sesi komunikasi itu, sudah disepakati penutupan akses dilakukan selama 15 menit. Namun ketika peserta akan menutup jalur pantura dengan membuat lingkaran besar, pada rute arah Jakarta – Cirebon, terjadi dorongan dari pihak keamanan. Baku hantam pun tak bisa terelakan,” paparnya
Dalam orasinya, Anton Sulaiman selaku Koordinator Lapangan menyampaikan rasa ironis dengan kondisi negeri Indonesia. Menurutnya, di negeri yang kaya ini justru semua serbasulit. Mulai dari mahalnya pendidikan, kesehatan, dan masih banyak rakyat yang kelaparan. Kenaikan harga BBM sebesar 30% jelas bukan keputusan yang berpihak kepada rakyat kecil. Terlagi, rencana kenaikan tarif dasar listrik yang akan diberlakukan sejak Mei 2012 mendatang.
Dengan merapatkan barisan, pendemo yang mewakili suara rakyat kecil menuntut beberapa hal. Seperti menolak kenaikan harga BBM dan TDL (Tarif Dasar Listrik), menuntut transparansi BP Migas dan Pertamina tentang suplai BBM bersubsidi ke SPBU, menolak BLT karena merupakan bentuk pembodohan terhadap masyarakat, nasionalisasi aset-aset negara yang dikuasai asing, akhiri segala bentuk kapitalisme di Indonesia, dan menuntut SBY-Boediono turun dari jabatannya.
Aksi unjuk rasa dilakukan dari depan kampus IAIN menuju Jalan By Pass depan Lampu Merah Terusan Pemuda. Saat di Jalan By Pass, pendemo berorasi dan sempat membuat kondisi jalanan macet. Demo juga diteruskan ke Pertamina Klayan Cirebon. Sari selaku Kepala Humas PT Pertamina EP Region Jawa berani menghadapi kedatangan para pedemo. Dengan mengajak mereka diskusi bersama. “Yang menentukan kenaikan harga BBM kan bukan Pertamina. Melainkan pemerintah pusat. Ada prosedural,” katanya, Kamis (15/3).
Belum sempat menjelaskan banyak, mahasiswa terus mendorong agar pihak Pertamina mau membantu suara rakyat yang menjerit menghadapi kenaikan BBM per 1 April mendatang. Dengan meminta Sari, yang merupakan perwakilan Pertamina Region Jawa untuk menandatangani surat di atas materi 6000. Sebagai wujud kesepakatan penolakan kenaikan harga BBM.
Sayangnya, hal tersebut secara halus ditolak karena butuh pengkajian lebih lanjut. “Kalau kebijakan itu ada di pemerintah, kami meminta ketegasan agar Pertamina sepakat dengan kami untuk menolak kenaikan harga BBM. Kami ini rakyat kecil,” jerit salah satu pendemo asal IAIN Cirebon.
Rasa kecewa pun terpancar di wajah para pendemo karena tak ada jalan tengah yang dihasilkan. Baku hantam antara pendemo dengan aparat nyaris terjadi. Para pendemo akhirnya mensegel plang pintu keluar Pertamina dengan spanduk sepanjang dua meter yang isinya keluhan para mahasiswa atas kenaikan harga BBM.
** HMI SOMASI
Sementara itu, buntut terlukanya anggotanya pada demo sebelumnya, Ketua Bidang Partisipasi Daerah HMI Cabang Cirebon, Bachtiar Ma’ruf Nurfarid, melayangkan somasi yang ditujukan kepada Anggota Dalmas Polres Cirebon. Bachtiar mengatakan, tugas polisi yakni mengayomi, melayani, dan melindungi masyarakat. Selogan itu, kata bachtiar, terpampang jelas di setiap markas polisi, dari Polsek hingga Mabes Polri. “Tapi nampaknya, selogan tersebut hanya menjadi kata – kata mutiara yang indah, tetapi menyeramkan pada realitas yang terjadi di lapangan,” ungkapnya.
Bahtiar mengatakan, ketidakpahamannya mengenai kondisi oknum polisi, apakah ucapan dan tingkah lakunya yang memang tidak bersinergi. “Peraturanya sudah jelas, namun justru tindakan premanisme tersebut dilakukan sendiri oleh oknum anggota Polres Cirebon. Padahal aksi mahasiswa itu, menyampaikan aspirasi dengan melakukan orasi penolakan kenaikan harga BBM,” ungkapnya.
Aksi tempo hari, kata Bachtiar, memang disertai penutupan akses jalan, dengan maksud agar menjadi perhatian khalayak umum. Sehingga pesan dari unjuk rasa tersebut dapat menjadi perhatian pemerintah. “Penutupan akses itu sudah kami komunikasikan sebelumnya dengan pihak Polres Cirebon. Bahkan pada sesi komunikasi itu, sudah disepakati penutupan akses dilakukan selama 15 menit. Namun ketika peserta akan menutup jalur pantura dengan membuat lingkaran besar, pada rute arah Jakarta – Cirebon, terjadi dorongan dari pihak keamanan. Baku hantam pun tak bisa terelakan,” paparnya
0 komentar:
Post a Comment