Cuaca Buruk, Evakuasi Terhambat


JAKARTA – Proses evakuasi korban insiden kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ 100) terpaksa dihentikan sementara, kemarin (10/5). Kondisi cuaca berkabut serta medan terjal, membuat proses evakuasi terhambat. Rencananya, evakuasi melalui darat maupun udara akan dilanjutkan hari ini.
“Kita sudah dapat mengetahui lokasi jatuhnya pesawat. Tapi kita belum berhasil sampai di tempat jatuhnya pesawat (crash side). Karena cuacanya buruk, angin kencang, kita belum berhasil lakukan evakuasi. Sejak tadi sore, malam hingga pagi tadi, cuacanya berkabut,” jelas Ketua Basarnas Marsekal Madya Daryatmo, di Bandara Halim Perdanakusuma, kemarin.
Daryatmo menerangkan, pihaknya telah berupaya melakukan evakuasi udara sebanyak tiga kali. Mereka menggunakan helikopter Super Puma yang akan diterbangkan menuju ke lokasi crash side. Namun, hal itu batal dilakukan akibat cuaca buruk. “Helikopter Puma yang sedianya ngedrop pasukan harus kembali ke Lanud Atang Sanjaya (Bogor). Sampai sore ini (kemarin sore, red), itu masih menunggu di sana. Besok (hari ini, red) baru terbang lagi,” jelasnya.
Daryatmo melanjutkan, pihaknya dan Komando Pasukan Khas (Paskhas) Angkatan Udara juga tidak berhasil melakukan penerbangan hingga area crash side. Direktur Operasional dan Pelatihan Basarnas Sunarbowo Sandi menambahkan saat pihaknya melakukan penerbangan untuk mengambil gambar dari udara, kondisi cuaca sangat berkabut. “Jadi dengan pandangan mendatar 30 meter, itu kita terbang terbuka, lalu masuk awan. Terbang terbuka lagi masuk awan lagi, jadi dalam kondisi cuaca seperti itu, kami sebisa mungkin ambil data agar tim rescue bisa sampai ke tempatnya,” jelasnya.
Karena itu, kata Daryatmo, awalnya pihaknya sempat  berharap pada tim SAR darat yang sudah lebih dulu melakukan perjalanan sejak kemarin. Bahkan, tim SAR darat yang beranggotakan 78 personel sudah sampai di ketinggian 1900 meter. Pukul 18.00 kemarin, dikatakan kalau tim darat hampir sampai di crash side area. Namun, mereka akhirnya diperintahkan untuk berhenti, karena kondisi tebing yang membahayakan dengan tingkat kemiringan 85 derajat. “Kalau dilanjutkan bisa berbahaya dan hari sudah gelap. Mereka tidak bisa melihat apa-apa. Karena mereka ini tidak berjalan, tapi mendaki,” katanya.
Daryatmo menuturkan, evakuasi akan dilanjutkan hari ini. Dia yakin, cuaca hari ini lebih bagus dibanding kemarin, sehingga tim SAR darat maupun udara bisa segera melakukan evakuasi. “Helikopter yang akan diterbangkan banyak. Insya Allah sudah di atas di crash side tersebut. Jadi dalam kata lain kalau teman-teman ada informasi seolah-olah, kita sudah di lokasi itu saya katakan itu tidak benar,” tegasnya.
Soal skenario evakuasi, Daryatmo memaparkan, pagi hari pihaknya akan menerbangkan satu helikopter Super Puma, untuk menurunkan pasukan penyelamat di crash side. Tim penyelamat tersebut berasal dari Paskhas AU dan langsung melakukan identifikasi termasuk memberikan info kondisi lokasi dan korban.
Berikutnya, tim SAR darat akan tetap berjalan menuju crash side. Tim SAR darat sendiri berfungsi untuk memperkuat dan membuat helipad. Setelah pembuatan helipad selesai, helikopter akan membawa korban ke Halim untuk diteruskan ke Disaster Victim Identification (DVI) lantas dibawa ke RS Polri Kramat Jati. “Kita tetap lakukan evakuasi udara, evakuasi darat adalah jalan terakhir,” lanjutnya. Namun, saat ditanya kondisi korban, Daryatmo belum mau berbicara banyak. Alasannya, hingga saat ini belum ada tim SAR yang sudah mencapai crash side. “Sekarang belum waktunya bicara masalah korban. Kalau kami sudah di crash side, kami beritahukan,” akunya.
INVESTIGASI BERSAMA TIM DARI RUSIA
Meski dipastikan terjadi pesawat SSJ 100 menabrak tebing, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia tetap akan melakukan investigasi terkait insiden kecelakaan tersebut. Ketua KNKT Tatang Kurniadi menuturkan, investigasi akan dilakukan bersama tim KNKT dari Rusia. “Indonesia yang memimpin investigasi dan Rusia membantu. Hari ini (kemarin, red) jam 19.00 tim dari Rusia akan tiba,” ujar Tatang, kemarin.
Tatang memaparkan, pihaknya baru akan menjalankan investigasi setelah dilakukan penyelamatan korban. Pihaknya akan menggunakan pesawat untuk membawa investigator di lokasi-lokasi tertentu yang akan mereka lihat. “Ada dua hal yang kita akan kita selamatkan, yaitu CDR (Call Data Recording, red), dan FDR (Flying Data Recording, red). Tapi kalau kita bisa sekaligus menolong korban dan CDR bisa diambil, ya lebih membantu,” jelasnya.
Meski begitu, berdasarkan temuan sementara, Tatang menuturkan, kemungkinan besar, pesawat tersebut menabrak tebing lalu terjun bebas ke bawah. Sebab, di medan tabrakan, terlihat jelas bekas benturan pesawat. “Langsung turun ke bawah, setelah menabrak. Tapi itu tadi, tetap harus kita lakukan investigasi. Termasuk meneliti kenapa pesawat tiba-tiba turun dari ketinggian 10 ribu kaki ke 6000 kaki,” ungkapnya.
Tatang menekankan, investigasi bersama yang dilakukan bersama pihak Rusia tersebut, menganut tiga azas internasional. Antara lain, no blame yang berarti investigasi dilakukan tidak untuk mencari pihak yang salah. Kemudian, no liability yakni investigasi bukan untuk mencari pihak yang mengganti kerusakan, serta no judicial alias investigasi tidak untuk dibawa ke pengadilan. “Seluruh investivigasi yang dilakukan berdasarkan untuk memperbaiki sistem dan mencari penyebab terjadinya kecelakaan,” imbuh dia.
Share on Google Plus

About ridwan comunity smpn 6

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment