Tim Jepang Studi Kelayakan KA Supercepat di Cirebon


KEJAKSAN – Warga Kota Cirebon sebentar lagi akan memiliki sarana transportasi supercepat untuk bisa menjangkau daerah yang ada di Jakarta dan Bandung. Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang, menggelar studi kelayakan rencana proyek kereta api supercepat atau Shinkansen, di Kantor Satuan Kerja PT KAI dan Stasiun Besar Cirebon Kejaksan, Rabu (16/5).
Kepala BKPP wilayah III Cirebon, Drs H Ano Sutrisno MM mendampingi tim konsultan Yachiyo Engineering Co Ltd dan Japan International Consultant Co Ltd yang ditunjuk oleh MLIT, mengatakan kereta api super cepat tersebut juga memungkinkan untuk bisa melewati Bandara Kertajati. “Studi ini merupakan kelanjutan prastudi kelayakan sebelumnya yang dibiayai dana hibah dari MLIT Jepang,” ujarnya kepada Radar.
Dalam pemaparan tim konsultan MLIT yang dipimpin Mr Toshiaki Hori, kereta supercepat tersebut akan menempuh jalur Jakarta-Cirebon sejauh 255 km. Kereta tersebut akan mempunyai kecepatan mencapai 300 km/jam. Sehingga, untuk menempuh jarak Cirebon-Jakarta, hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Fasilitator Konsultan MLIT, Dr Idhwan Santoso didampingi Kepala Satker PT KAI, Ir Zamrides mengatakan, rencananya kereta super cepat tersebut akan menempuh jalur Jakarta-Bandung-Bandara Kertajati-Cirebon. Konsultan tersebut mengadakan studi kelayakan mengenai jarak, struktur tanah, menghitung jumlah banyaknya penumpang, sehingga nantinya akan terlihat layak atau tidak untuk dilaksanakan. “Jadi, nantinya akan disimpulkan layak atau tidaknya kereta ini ada di Indonesia,” katanya.
Dia juga mengungkapkan, rencananya pengoperasian kereta supercepat ini akan dikelola pihak swasta, karena proyek tersebut adalah investasi dari pemerintah Jepang. Idhwan pun tidak bisa mengatakan, proyek tersebut bisa segera terrealisasi atau tidak, karena semuanya tergantung dari hasil studi kelayakan saat ini. “Kalau layak pasti jadi, kalau penumpangnya setelah di-studi sedikit ya tidak jadi,” paparnya.
Rencana rute dari kereta supercepat tersebut juga akan dilanjutkan sampai ke Surabaya. Dia menjelaskan, spesifikasi dari kereta tersebut sangat berbeda dari kereta yang sudah ada di Indonesia saat ini, yang masih mengandalkan lokomotif diesel. Kereta supercepat tersebut akan mengandalkan teknologi magnet, sehingga jarak Jakarta-Cirebon bisa ditempuh hanya dalam waktu sekitar 1 jam. Karena akan mengandalkan teknolgi magnet, sehingga diperlukan pembangunan jalur rel baru. “Ini tentunya akan mengurangi kemacetan lalu lintas, efisiensi waktu,” jelasnya.
Idhwan mengatakan, beberapa hal yang akan diuji adalah, kelayakan dari segi sosial, ekonomi, dampak lingkungan dan beberapa aspek lainnya. Dari uji kelayakan tersebut, lanjutnya, akan diketahui berapa anggaran yang akan dibutuhkan, dampak yang akan dihasilkan, hingga harga tiket yang nantinya akan diberlakukan. Idhwan memprediksi, untuk proyek kereta tersebut akan membutuhkan dana sebesar Rp56 triliun dengan skema pembiayaan dari pemerintah Jepang dan pihak swasta. Pihaknya pun belum memastikan kapan rencana pembangunan megaproyek, karena sampai saat ini studi kelayakan masih berlangsung sampai bulan November 2012 nanti.
Bila sudah dianggap layak, kata dia, maka akan dibuka tender dan ditentukan perusahaan yang akan mengelola kereta tersebut. Karena, bila sesuai dengan undang-undang perkeretaapian, tidak menutup kemungkinan bila high speed rail ini dikelola oleh perusahaan swasta. “Untuk uji kelayakan, tender dan lain-lain, bisa jadi membutuhkan waktu satu tahun. Setelah itu, pembebasan lahan dan pembangunan. Mungkin sekitar 2020 kereta supercepat tersebut bisa dinikmati masyarakat,” tandasnya.
Sementara itu, mendampingi Tim Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang, Kabag Administrasi Fisik Pemda Jawa Barat, Dedi Supriadi sangat merespons baik wacana high speed rail atau Shinkansen Indonesia ini. Karena, kata dia, akan menunjang keberadaan Bandara Kertajati yang saat ini sedang dibangun.
“HSR ini diharapkan bisa memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan sistem transport konvensional lainnya, dan mempercepat moda,” tuturnya.
Ditanya kapan mulai beroperasi, Dedi mengaku belum mengetahuinya secara pasti. Namun, kata dia, bila memang HSR ini diperuntukkan menunjang keberadaan Bandara Kertajati, itu berarti akan selesai sekitar tahun 2020. “Kalau bandara selesai tahun 2016, mungkin tahun 2020 kereta ini bisa beroperasi,” tukasnya.
Terpisah, Manajer Humas PT KAI Daops 3 Cirebon, Sumarsono membeberkan, pihaknya masih belum mengetahui seperti apa proyek kereta supercepat tersebut. Oleh karena itu, dirinya belum bisa berkomentar banyak mengenai kereta tersebut. Namun pihaknya mendukung penuh apabila proyek kereta tersebut bisa terrealisasi, karena akan bermanfaat baik bagi masyarakat. “Saya belum bisa berkomentar, namun melihat proyek tersebut sepertinya bagus,” katanya.
Menurut pantauan Radar di Stasiun Kejaksan, Tim Transportasi dan Pariwisata (MLIT) Jepang melihat kondisi stasiun yang ada dan melihat peta rute rel kereta api. Tak jarang, tim tersebut mengabadikan foto untuk dijadikan ‘oleh-oleh’ untuk dikaji lebih lanjut di Jepang.
Share on Google Plus

About ridwan comunity smpn 6

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment