Bagi “pemain” dextro dan trihex,
sangat familiar dengan Jl Lawanggada. Ya, jalan yang menghubungkan
antara Jl Kesambi dengan Jl Pulosaren, itu disebut-sebut sebagai basis
peredaran obat keras yang belakangan ini banyak merenggut nyawa remaja
dan pemuda di wilayah III Cirebon, karena overdosis.
Setelah banyak korban berjatuhan dan sejumlah bandar tertangkap,
nampaknya para “pemain” lainnya mulai tiarap. Kini transak obat keras
tersebut di Jl Lawanggada mulai sedikit berkurang. Apakah ini hanya
sementara atau selamanya?
Berdasarkan investigasi yang dilakukan Radar, memang sebelum
marak korban tewas akibat overdosis obat keras, Jl Lawanggada merupakan
basis serta peredaran obat-obatan semacam dextro, trihex serta tramadol
terbesar di wilayah Cirebon. Karena memang hasil penyelidikan serta
pemeriksaan polisi baik itu dari Polres Cirebon Kota maupun Polres
Cirebon terhadap para pengguna obat-obatan tersebut, menyatakan bahwa
mereka para pengguna memperoleh obat tersebut dari Jl Lawanggada Kota
Cirebon.
Sepintas melihat Jl Lawanggada, memang tidak mungkin peredaran
terbesar obat-obatan ada di kawasan tersebut. Tetapi kalau diperhatikan
serta diamati Jl Lawanggada memang penuh dengan transaksi obat-obatan.
Berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dari seseorang yang tidak mau
disebutkan namanya mengatakan bahwa memang Lawanggada merupakan tempat
peredaran obat-obatan semacam dextro, trihex, serta tramadol terbesar di
wilayah Cirebon. Peredaran obat tersebut tidak melalui apotek atau toko
obat, tetapi lebih kepada perorangan. Tetapi walau perorangan yang
berjualan, tetapi jumlah sangat banyak. Para penjual tidak hanya dari
Kota Cirebon, tapi ada juga dari luar kota, seperti dari Ciperna, Beber.
Semuanya berkumpul di Jl Lawanggada untuk menjajakan obat tersebut.
“Ya. Lawanggada itu gudangnya jual dextro, tRihex, tramadol. Penjualnya
juga banyak, tapi bukan dari sini ada yang dari Cangkol, Mundu, Beber,
Ciperna. Mereka dagang disini semua”, ujarnya.
Masih menurut sumber tersebut, transaksinys dilakukan setiap hari,
penjual selalu ada pada pagi, siang dan sore. Sejak pagi hingga tengah
malam penjual obat-obatan tersebut selalu ada. Penjual tersebut
masing-masing mempunyai Bandar yang akan menyetok obat-obatan tersebut.
Sehingga para penjual tersebut akan menyetorkan hasil penjualan
obat-obatan ke bandar yang mempunyai modal nesar. Cara membelinya pun
sangat mudah, tinggal berhenti di pinggir Jl Lawanggada saja, pasti akan
didekati oleh para penjual obat tersebut. Jangan heran apabila penjual
tersebut menawarkannya dengan mengatakan tahu serta teseng. Karena tahu
serta teseng merupakan istilah dalam transaksi obat-obatan tersebut di
Lawanggada. Tahu merupakan istilah dari destro, sedangkan teseng adalah
istilah dari trihex. “Jual dilakukan setiap hari, dari pagi sampai
malam. Penjualnya itu setor ke bandar. Kalau mau beli mah gampang, kita
berhenti di pinggir jalan saja, pasti nanti ada yang samperin. Terus
pakai istilah nawarinnya, tahu sama teseng”, ujar warga.
Sumber Radar ini rupanya tidak mengetahui dari mana asal bandar
tersebut memperoleh obat keras. Tetapi dirinya pernah mendapat kabar,
kalau para bandar tersebut memperoleh obat tersebut berasal dari sales.
Tentunya antara sales serta bandar tersebut sudah saling kenal serta
dekat. Mungkin ini salah satu Bandar mendapatkan obat-obatan tersebut.
Tetapi saat ini paska maraknya yang tewas akibat overdosis, penjualan
obat-obatan dilawanggada berkurang. Tetapi tidak hilang sama sekali,
masih ada beberapa yang masih melakukan transaksi. “Saya nggak tahu
pasti Bandar itu dapat dari mana. Tapi saya pernah dapat info kalau
Bandar ada yang dapat obat itu dari salesnya langsung. Kayanya sales dan
bandar itu sudah kenal. Tapi sekarang mah jarang gara-gara banyak
meninggal OD, tapi tetap saja masih ada sedikit yang jual”, ujar warga.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment