CIREBON – Cirebon kembali
kehilangan ulama karismatiknya. Pimpinan Pondok Pesantren Tarbiyatul
Banin, Kaliwadas, Sumber, Kabupaten Cirebon, KH Nashirudin Siddiq, wafat
di usia 72 tahun di RS Sumber Waras, Ciwaringin, selepas salat Jumat
(19/10).
Ki Nasir atau Kuwu Nasir, begitu dia populer disapa, sudah memberikan
sumbangsih cukup besar bagi pendidikan Islam di Kabupaten Cirebon. Dia
termasuk mahaguru bagi kebanyakan tokoh di Kabupaten Cirebon, termasuk
Bupati Cirebon Drs H Dedi Supardi MM.
Kiprahnya di masyarakat sangat terasa. Ini dibuktikan dengan
kehadiran Pondok Pesantren Tarbiyatul Banin yang di dalamnya terdapat
beberapa lembaga pendidikan, mulai TK Ash-Shiddiqiyyah, SD
Ash-Shiddiqiyyah, MTs Ash-Shiddiqiyyah, MA Ash-Shiddiqiyyah dan Akademi
Analis Kesehatan An-Nasher.
Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon Drs H Dudung Mulyana MSi
memaparkan, KH Nashirudin Siddiq adalah salah seorang sosok ulama yang
menjadi panutan semua kalangan. Mewakili Pemerintah Kabupaten Cirebon
menyampaikan rasa kehilangan mendalam, karena selama ini peran serta
almarhum sangat signifikan dalam memajukan pendidikan di lingkungan
pondok pesantren dan pendidikan berbasis kesehatan. “Kita semua
kehilangan seorang tokoh yang menjadi panutan bagi semua kalangan,”
tuturnya.
Kedekatannya dengan kalangan Muspida, menjadi salah satu poin khusus
yang membuat jajaran pemerintahan sangat kehilangan, terutama kedekatan
dengan Bupati Cirebon Drs H Dedi Supardi MM. “Walaupun dekat dengan pak
Bupati, tapi tidak pernah dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Beliau
adalah figur mandiri dan tidak berharap pada uluran tangan pemerintah.
Beliau adalah ulama karismatik,” ungkapnya.
Terpisah, Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon KH Abu
Tolkhah mengatakan, segenap warga nahdliyin merasa sangat kehilangan
atas wafatnya ulama karismatik yang selama ini dijadikan panutan bagi
ulama lainnya. “Hidup beliau selalu dicurahkan untuk kepentingan umat,”
katanya.
Almarhum, lanjutnya, merupakan ulama yang sangat mencintai dan peduli
terhadap kaum lemah dan termarjinalkan. Seperti anak yatim, fakir
miskin dan lainnya, sehingga semasa hidupnya ia selalu melindungi dan
menyantuni kaum tersebut. “Kami seluruh warga NU merasa sangat
kehilangan karena masih membutuhkan bimbingan dan dedikasi beliau. Umat
Islam dan sekitarnya akan mengenang sumbangsih beliau,” imbuhnya.
Sementara, Ketua PD Alwashliyah Kabupaten Cirebon, Ahmad Aidin Tamim
juga merasa kehilangan dengan wafatnya KH Nashirudin Siddiq. Sebab,
almarhum adalah ulama yang memiliki wawasan luas, berpikir plural dan
bisa masuk di semua kalangan. Berbagai bidang ia kuasai, seperti
keagamaan yang menjadi bidang utamanya, politik, dan pemerintahan.
“Beliau adalah putra terbaik yang dimiliki Kabupaten Cirebon. Dengan
wafatnya beliau ini, menandakan Kabupaten Cirebon kembali kehilangan
putra terbaiknya,” ucapnya.
Pondok Pesantren Tarbiyatul Banin dan sejumlah lembaga pendidikan
yang berada di bawah naungannya, merupakan warisan yang sudah tinggalkan
demi kemajuan dunia pendidikan dan dunia dakwah Islamiyah di tanah
Kabupaten Cirebon. “Mudah-mudahan oleh penerusnya, pondok pesantren ini
bisa semakin besar dan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan di
Kabupaten Cirebon,” pungkasnya.
Berdasarkan informasi, tadi malam usai penjeputan dari RS Sumber
Waras Ciwaringan, jenazah KH Nashirudin Siddiq langsung disemayamkan di
rumah duka untuk dimandikan dan disalatkan, kemudian langsung
dikebumikan di sekitar kompleks Pondok Pesantren Tarbiyatul Banin,
Kaliwadas, Sumber.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment